Senin, 16 November 2009

Kemandulan atau infertilitas
DEFINISI
Kemandulan adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk mencapai kehamilan setelah selama 1 tahun melaksanakan hubungan seksual secara teratur dan tidak menggunakan alat kontrasepsi.

Kemandulan primer adalah istilah yang digunakan jika pasangan suami istri sama sekali belum pernah memiliki anak. Jika sebelumnya pasangan suami istri pernah memiliki anak (minimal 1 kali kehamilan), tetapi kehamilan berikutnya belum berhasil dicapai, maka digunakan istilah kemandulan sekunder.

Kemandulan primer

PENYEBAB
Sekitar 30-40% kasus disebabkan oleh faktor pria, seperti:
  1. Masalah pada sperma

    Pada pria dewasa, sperma dibuat terus menerus di dalam testis (buah zakar). Proses pembuatan sperma disebut spermatogenesis.
    Sel yang belum terspesialisasi memerlukan waktu sekitar 72-74 hari untuk berkembang menjadi sel sperma yang matang.

    Dari testis kiri dan kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi.
    Dari epididimis, sperma bergerak ke vas deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh vesikula seminalis ditambahkan pada sperma dan membentuk semen, yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan dikeluarkan ketika ejakulasi.

    Jalur sperma

    Kesuburan seorang pria ditentukan oleh kemampuannya untuk mengantarkan sejumlah sperma yang normal ke dalam vagina wanita.
    Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses tersebut sehingga bisa terjadi kemandulan:
    a. Peningkatan suhu di dalam testis akibat demam berkepanjangan atau akibat panas yang berlebihan bisa menyebabkan berkurangnya jumlah sperma, berkurangnya pergerakan sperma dan meningkatkan jumlah sperma yang abnormal di dalam semen.
    Pembentukan sperma yang paling efsisien adalah pada suhu 33,5? (lebih rendah dari suhu tubuh). Testis bisa tetap berada pada suhu tersebut karena terletak di dalam skrotum (kantung zakar) yang berada diluar rongga tubuh.
    Faktor lain yang mempengaruhi jumlah sperma adalah pemakaian marijuana atau obat-obatan (misalnya simetidin, spironolakton dan nitrofurantoin).
    b. Penyakit serius pada testis atau penyumbatan atau tidak adanya vas deferens (kiri dan kanan) bisa menyebabkan azospermia (tidak terbentuk sperma sama sekali.
    Jika di dalam semen tidak terdapat fruktosa (gula yang dihasilkan oleh vesikula seminalis) berarti tidak terdapat vas deferens atau tidak terdapat vesikula seminalis atau terdapat penyumbatan pada duktus ejakulatorius.
    c. Varikokel merupakan kelainan anatomis yang paling sering ditemukan pada kemandulan pria. Varikokel adalah varises (pelebaran vena) di dalam skrotum.
    Varikokel bisa menghalangi pengaliran darah dari testis dan mengurangi laju pembentukan sperma.
    d. Ejakulasi retrograd terjadi jika semen mengalir melawan arusnya, yaitu semen mengalir ke dalam kandung kemih dan bukan ke penis.
    Kelainan ini lebih sering ditemukan pada pria yang telah menjalani pembedahan panggul (terutama pengangkatan prostat) dan pria yang menderita diabetes.
    Ejakulasi retrograd juga bisa terjadi akibat kelainan fungsi saraf.

  2. Impotensi

  3. Kekurangan hormon

  4. Polusi lingkungan.

  5. Pembentukan jaringan parut akibat penyakit menular seksual.

40-50% kemandulan disebabkan oleh faktor wanita:
  1. Jaringan parut akibat penyakit menular seksual atau endometriosis.

  2. Disfungsi ovulasi (kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh ovarium/sel telur).
    Ovulasi adalah pelepasan sel telur dari ovarium (indung telur).
    Ovulasi biasanya terjadi 14 hari sebelum menstruasi hari pertama.
    Sel telur yang dilepaskan ini siap dibuahi oleh sperma yang berasal dari pria.

    Jika seorang wanita memiliki siklus menstruasi yang tidak teratur atau tidak mengalami menstruasi (amenore), maka dicari terlebih dahulu penyebabnya lalu dilakukan pengobatan untuk merangsang terjadinya ovulasi.
    Kadang ovulasi tidak terjadi akibat tidak dilepaskannya GnRH (donadotropin-releasing hormone) oleh hipotalamus.

  3. Kelainan hormon.

  4. Kekurangan gizi.

  5. Kista ovarium.

  6. Infeksi panggul.

  7. Tumor.

  8. Kelainan lendir servikal (lendir reher rahim).
    Lendir pada serviks bertindak sebagai penyaring yang menghalangi masuknya bakteri dari vagina ke dalam rahim. Lendir ini juga berfungsi memperpanjang kelangsungan hidup sperma.
    Lendir pada serviks adalah kental dan tidak dapat ditembus oleh sperma kecuali pada fase folikuler dari siklus menstruasi.
    Selama fase folikuler, terjadi peningkatan hormon estradiol sehingga lendir lebih jernih dan elastis dan bisa ditembus oleh sperma. Selanjutnya sperma menuju ke rahim lalu ke tuba falopii dan terjadilah pembuahan di tuba falopii.

  9. Kelainan sistem pengangkutan dari leher rahim ke tuba falopii (saluran telur).

  10. Kelainan pada tuba falopii.
    Bisa terjadi kelainan struktur maupun fungsi tuba falopii.
    Penyebab yang utama adalah:
    - Infeksi
    - Endometriosis
    - Pengikatan tuba pada tindakan sterilisasi.
Diperkirakan sebanyak 10-20% pasangan mengalami kemandulan.
Merupakan hal yang penting untuk tidak menunda kehamilan lebih dari 1 tahun; kemungkinan hamil pada pasangan yang sehat dan keduanya berusia dibawah 30 tahun serta melakukan hubungan seksual secara teratur adalah hanya sebesar 25-30%/bulan.
Puncak kesuburan seorang wanita adalah pada usia 20 tahunan; jika usia wanita diatas 30 tahun (terutama diatas 35 tahun), maka kemungkinan hamil adalah sebesar kurang dari 10%/bulan.

Selain faktor yang berhubungan dengan usia, resiko kemandulan juga meningkat pada:
  • Berganti-ganti pasangan seksual (karena meningkatkan resiko terjadi penyakit menular seksual)
  • Penyakit menular seksual
  • Pernah menderita penyakit peradangan panggul (setelah menderita penyakit ini, 10-15% wanita menjadi mandul)
  • Pernah menderita orkitis atau epididimitis (pria)
  • Gondongan (pria)
  • Varikokel (pria)
  • Pemaparan DES (dietil stilbestrol) (pria maupun wanita)
  • Siklus menstruasi anovulatoir
  • Endometriosis
  • Kelainan pada rahim (mioma) atau penyumbatan leher rahim
  • Penyakit menahun (misalnya diabetes).

  • GEJALA
    Gejalanya berupa:
  • Tidak kunjung hamil
  • Reaksi emosional (baik pada istri, suami maupun keduanya) karena tidak memiliki anak.

    Kemandulan sendiri tidak menyebabkan penyakit fisik, tetapi dampak psikisnya pada suami, istri maupun keduanya bisa sangat berat.
    Pasangan tersebut mungkin akan menghadapi masalah pernikahan (termasuk perceraian), depresi dan kecemasan.

  • DIAGNOSA
    Dilakukan pemeriksaan fisik dan pengumpulan riwayat kesehatan dari suami dan istri.
    Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
  • Analisa semen untuk menilai volume dan kekentalan semen serta menilai jumlah, pergerakan, kecepatan pergerakan dan bentuk sperma.
    2-3 hari sebelum menjalani pemeriksaan ini, suami tidak boleh melakukan ejakulasi.
  • Pengukuran suhu tubuh basal.
    Setiap pagi, sebelum beranjak dari tempat tidur, dilakukan pengukuran suhu tubuh wanita, jika terjadi peningkatan sebesar 0,5-1? Celsius berarti sedang terjadi ovulasi.
  • Memperhatikan perubhan pada lendir servikal.
    Pada fase ovulatoir, lendir menjadi basah, elastis dan licin.
  • Postcoital test (PCT).
    PCT dilakukan untuk menilai interaksi antara sperma dan lendir servikal dengan cara menganalisa lendir servikal yang dikumpulkan dalam waktu 2-8 jam setelah melakukan hubungan seksual.
    Tes ini dilakukan pada pertengahan siklus menstruasi yaitu pada saat estradiol mencapai kadar tertinggi dan pada saat terjadi ovulasi.
    Dalam keadaan normal, lendir servikal adalah jernih dan bisa diregangkan sepanjang 7,6-10 cm tanpa terputus. Bila dilihat dengan mikroskop, lendir tampak seperti pohon pakis.
  • Kadar progesteron serum.
  • Biopsi endometrium
  • Biopsi testis (jarang dilakukan)
  • Kadar LH (luteinizing hormon) untuk memperkirakan saat ovulasi dan membantu menentukan waktu untuk melakukan hubungan seksual.
  • Progestin challenge
  • Kadar hormon pada suami dan istri.
  • Histerosalpingografi (HSG) untuk menilai sistem transport dari serviks melalui rahim sampai ke tuba falopii.
  • Histeroskopi.
  • Laparoskopi untuk melihat rongga panggul.
  • Pemeriksaan panggul (pada wanita) untuk menentukan adanya kista atau tidak.

  • PENGOBATAN
    Pengobatan tergantung kepada penyebabnya.

    bisa diberikan untuk mencoba menambah pembentukan sperma pada pria. Tetapi Clomifene tampaknya tidak dapat meningkatkan kemampuan gerak sperma maupun mengurangi jumlah sperma yang abnormal dan belum terbukti mampu menambah kesuburan.

    Pada pria yang hanya memiliki sedikit sperma yang normal, bisa dilakukan inseminasi buatan, baik melalui prosedur pembuahan in vitro maupun GIFT (gamete intrafallopian tube transfer).

    Pada azospermia, bisa dipertimbangkan pembuahan dengan sperma dari donor.

    Varikokel bisa diatasi dengan pembedahan.

    Bagi wanita yang tidak mengalami ovulasi dalam waktu lama (anovulasi kronis) bisa diberikan Clomifene.
    Pada awalnya menstruasi dirangsang dengan obat lain, yaitu medroksiprogesteron acetat. Kemudian diberikan Clomifene selama 5 hari. Biasanya ovulasi akan terjadi 5-10 hari (rata-rata 7 hari) setelah pemberian Clomifene dihentikan dan 14-16 hari setelah ovulasi akan terjadi menstruasi.

    Jika setelah pemberian Clomifene tidak terjadi menstruasi, maka dilakukan tes kehamilan.
    Jika hasilnya negatif, siklus pengobatan diulangi dengan menambah dosis Clomifene sampai terjadi ovulasi atau sampai tercapai dosis maksimum.
    Jika telah ditentukan dosis Clomifene yang bisa merangsang terjadinya ovulasi, maka dosis ini diberikan minimal selama 6 siklus pengobatan lagi. Kebanyakan wanita akan bisa hamil pada siklus keenam, dimana terjadi ovulasi.

    Sekitar 75-80% wanita yang mendapatkan Clomifene akan mengalami ovulasi, tetapi hanya 40-50% yang berhasil hamil.
    Sekitar 5% kehamilan adalah kehamilan ganda (terutama kembar 2).

    Efek samping dari klomifen adalah hot flashes, pembengkakan perut, nyeri tekan pada payudara, mual, gangguan penglihatan dan sakit kepala.
    Sekitar 5% dari wanita yang diobati dengan Clomifene mengalami sindroma hiperstimulasi ovarium, dimana ovarium menjadi sangat besar dan sejumlah besar cairan berpindah dari aliran darah ke rongga perut. Untuk mencegah terjadinya sindroma ini, maka diberikan dosis Clomifene terendah yang masih efektif.

    Jika pemberian Clomifene tidak berhasil merangsang ovulasi, maka dicoba diberikan terapi hormonal dengan human menopausal gonadotropin (HMG).
    Hormon ini diekstrak dari air kemih wanita pasca menopause.
    HMG memerlukan biaya besar dan memiliki efek samping yang berat, karena itu pemakaiannya dibatasi hanya jika penyebab kemandulan sudah pasti merupakan kelainan ovulasi.

    HMG disuntikkan ke dalam otot dan dosisnya disesuaikan dengan respon penderita terhadap hormon tersebut. HMG berfungsi merangsang pematangan folikel di ovarium. Untuk memantau pematangan ini, dilakukan pengukuran kadar hormon estradiol dan pemeriksaan USG panggul.
    Setelah folikel matang diberikan suntikan hormon lain, yaitu human chorionic gonadotropins (HCG) untuk merangsang ovulasi.
    Lebih dari 95% wanita yang diberi hormon ini mengalami ovulasi, tetapi kehamilan hanya terjadi pada 50-75% penderita.
    10-30% kehamilan adalah kehamilan ganda (terutama kembar 2).
    Efek samping dari HMG adalah sindroma hiperstimulasi ovarium, yang terjadi pada 10-20% penderita.

    Kemandulan akibat tidak dilepaskannya hormon GnRH oleh hipotalamus bisa diatasi dengan memberikan GnRH buatan untuk merangsang ovulasi.

    Jika penyebabnya adalah kelainan pada lendir servikal, maka bisa dilakukan inseminasi intrauterin, yaitu memasukkan semen langsung ke dalam rahim sehingga tidak perlu melewati lendir.
    Atau diberikan obat untuk mengencerkan lendir (misalnya guaifenesin).


    Teknik Pembuahan

    Setelah semua pengobatan lain gagal menghasilkan kehamilan, maka lebih banyak pasangan mandul yang beralih ke fertilisasi in vitro (bayi tabung).
    Prosedur ini terdiri dari perangsangan ovarium, pemulihan pelepasan sel telur, pembuahan sel telur, penumbuhan embrio di laboratorium kemudian penanaman embrio pada rahim wanita.

    Untuk merangsang ovarium sehingga banyak sel telur yang matang, diberikan kombinasi klomifen, HMG dan agonis GnRH (obat yang merangsang pelepasan gonadotropin oleh kelenjar hipofisa).

    Dengan panduan USG, dimasukkan sebuah jarum melalui vagina atau perut ke dalam ovarium dan diambil beberapa sel telur dari folikelnya.
    Di laboratorium, sel telur ditempatkan di dalam cawan pembiakan dan dibuahi oleh sperma pilihan (sperma yang paling aktif).
    Setelah sekitar 40 jam, 3-4 embrio dipindahkan dari cawan biakan ke dalam rahim itu melalui vagina. Embrio lainnya bisa dibekukan dalam larutan nitrogen untuk cadangan bila tidak terjadi kehamilan.
    Setiap kali sel telur yang telah dibuahi dimasukkan ke dalam rahim, peluang berkembangnya seorang bayi cukup bulan hanya sekitar 18-25%.

    Jika penyebab kemandulan pada wanita tidak diketahui atau jika penyebabnya adalah endometriosis tetapi fungsi tuba falopiinya normal, maka dilakukan GIFT (gammete intrafallopian tube transfer).
    Sel telur dan sperma pilihan diperoleh melalui prosedur yang sama dengan pada fertilisasi in vitro, tetapi sel telur tidak dibuahi di laboratorium.
    Sel telur dan sperma dimasukkan ke dalam ujung tuba falopii melalui dinding perut (pada proses laparoskopi) atau melalui vagina (dipandu oleh USG), sehingga pembuahan terjadi di dalam tuba falopii.
    Angka keberhasilan pada GIFT adalah sekitar 20-30%.

    Variasi dari fertilisasi in vitro dan GIFT adalah pemindahan embrio yang lebih matang (zygote intrafallopian tube transfer), pemakaian sel telur dari donor dan pemindahan embrio yang telah dibekukan ke dalam rahim wanita lain.


    PROGNOSIS

    Sekitar 85-90% kasus, kemungkinan penyebabnya bisa diketahui.
    Pengobatan yang tepat (tidak termasuk teknik modern seperti fertilisasi in vitro) memungkinkan terjadinya kehamilan pada 50-60% pasangan yang sebelumnya didiagnosis mengalami kemandulan.
    Tanpa pengobatan, 15-20% kasus pada akhirnya akan mengalami kehamilan.

    PENCEGAHAN
    Kemandulan seringkali disebabkan oleh penyakit menular seksual, karena itu dianjurkan untuk menjalani perilaku seksual yang aman guna meminimalkan resiko kemandulan di masa yang akan datang.
    Penyakit menular seksual yang paling sering menyebabkan kemandulan adalah gonore dan klamidia. Kedua penyakit ini pada awalnya mungkin tidak menunjukkan gejala dan gejala baru timbul setelah terjadinya penyakit peradangan panggul atau salpingitis. Peradangan menyebabkan pembentukan jaringan parut pada tuba falopii lalu terjadi penurunan kesuburan, kemandulan absolut atau kehamilan di luar kandungan.

    Immunisasi gondongan telah terbukti mampu mencegah gondongan dan komplikasinya pada pria (orkitis).
    Kemandulan akibat gondongan bisa dicegah dengan menjalani immunisasi gondongan.

    Beberapa jenis alat kontrasepsi memiliki resiko kemandulan yang lebih tinggi (misalnya IUD). IUD tidak dianjurkan untuk dipakai pada wanita yang belum pernah memiliki anak.


    Masalah Dengan Lendir Pada Servik
    DEFINISI

    Biasanya, lendir pada servik (bagian bawah pada rahim yang terbuka ke dalam vagina) menebal dan tidak dapat ditembus sampai hanya sebelum melepaskan sel telur (ovulasi). Kemudian, hanya sebelum ovulasi, lendir menjadi bening dan elastis (karena kadar hormon estrogen meningkat). Akibatnya, sperma bisa bergerak melalui lendir ke dalam rahim menuju tuba falopi, dimana pembuahan bisa terjadi. Jika lendir tidak berubah pada ovulasi (biasanya karena sebuah infeksi), kehamilan tidak mungkin, kehamilan juga tidak mungkin jika lendir mengandung antibodi sperma, yang membunuh sperma sebelum mereka dapat mencapai sel telur.



    DIAGNOSA

    Tes postcoital, dilakukan diantara 2 dan 8 jam setelah hubungan seksual, meliputi penelitian lendir servik dan memastikan apakah sperma bisa bertahan di dalam lendir. Tes tersebut dijadwalkan pada tengah-tengah siklus menstruasi, ketika kadar estrogen sangat tinggi dan wanita tersebut sedang ovulasi. Contoh lendir diambil dengan forcep atau syringe.

    Penebalan dan keelastisan lendir dan jumlah sperma pada lendir dipastikan. Hasil yang tidak normal termasuk lendir yang terlalu tebal, tidak terdapat sperma, dan sperma dan gumpalan bercampur karena lendir mengandung antibodi sperma. Meskipun begitu, hasil yang tidak normal tidak selalu mengindikasi bahwa terdapat masalah pada lendir atau bahwa kehamilan bisa terjadi, sperma bisa tidak hadir hanya karena mereka tidak tersimpan di dalam vagina selama hubungan seks, dan lendir kemungkinan terlalu tebal hanya karena tes tidak menunjukkan waktu yang sesuai pada siklus menstruasi.

    PENGOBATAN

    Pengobatan bisa termasuk inseminasi intrauterine, dimana semen diletakkan langsung di dalam rahim untuk memotong lendir. Obat-obatan untuk menipiskan lendir, seperti guaifenesin, kemungkinan digunakan. Meskipun begitu, tidak terdapat bukti bahwa pengobatan apapun meningkatkan kesempatan pada kehamilan.




    Masalah Ovulasi
    DEFINISI

    Pada wanita, penyebab umum pada kemandulan adalah masalah ovulasi-dimana, ovarium tidak dapat melepaskan sel telur setiap bulan. Masalah ovulasi terjadi ketika salah satu bagian pada sistem yang mengendalikan fungsi reproduksi yang tidak berfungsi. Sistem ini termasuk hypothalamus (daerah pada otak), kelenjar pituitary, kelenjar adrenalin, kelenjar tiroid, dan organ kelamin. Misalnya, ovarium tidak bisa menghasilkan cukup progesterone, hormon pria yang menyebabkan lapisan rahim menebal untuk mempersiapkan janin yang berpotensi. Ovulasi bisa tidak terjadi karena hypothalamus tidak mengeluarkan gonadotropin - pelepasan hormon, yang merangsang kelenjar pituitary untuk menghasilkan hormon yang bisa memicu ovulasi (hormon luteinizing dan hormon perangsang-folikel). Prolactin dengan kadar tinggi (hyperprolactinemia), yang hampir selalu bersifat bukan kanker. Masalah ovulasi kemungkinan berhubungan dengan polycystic ovary syndrome, gangguan kelenjar tiroid, gangguan kelenjar adrenalin, olahraga berlebihan, diabetes, kehilangan berat badan, atau stress psikologi. Kadangkala penyebabnya adalah menopause dini- ketika suplai sel telur telah lebih dulu habis.

    Ovulasi seringkali menjadi masalah pada wanita yang memiliki periode haid yang tidak teratur atau tidak memiliki periode (amenorrhea). Hal ini kadangkala menjadi masalah wanita yang memiliki periode menstruasi yang teratur tetapi tidak memiliki gejala premenstruasi, seperti payudara yang lembut sekali, bagian perut bawah yang bengkak, dan perubahan mood.



    DIAGNOSA

    Untuk memastikan jika atau ketika ovulasi terjadi, dokter bisa meminta seorang wanita untuk mengukur suhu ketika tidur (suhu badan basal) setiap hari. Biasanya, waktu yang paling tepat adalah segera setelah bangun. Titik rendah suhu tubuh basal memperkirakan bahwa ovulasi kira-kira terjadi. Kenaikan lebih dari 0.9 º F (0.5 ºC) pada suhu biasanya mengindikasikan bahwa ovulasi telah terjadi. Meskipun begitu, suhu tubuh basal tidak jelas atau tepat terindikasi ketika ovulasi terjadi. Yang paling baik, memprediksi ovulasi hanya dalam waktu 2 hari. Cara yang paling tepat termasuk alat prediksi ultrasonografi (yang mendeteksi peningkatan hormon luteinizing di dalam urin 24 sampai 36 jam sebelum ovulasi). Alat ini digunakan di rumah untuk menguji urin dalam beberapa hari berturut-turut. Juga, kadar progesterone di dalam darah atau kelenjar ludah atau kadar hasil sampingan salah satunya di dalam urin kemungkinan diukur. Tanda peningkatan dalam tingkat ini mengindikasi bahwa ovulasi telah terjadi.

    Untuk memastikan apakah ovulasi terjadi secara normal, dokter bisa melakukan biopsi endometrial. Contoh kecil jaringan diambil dari lapisan rahim 10 sampai 12 hari setelah ovulasi dianggap telah terjadi. Contoh tersebut diteliti di bawah mikroskop. Jika perubahan yang terjadi secara normal setelah ovulasi terlihat, ovulasi terjadi secara normal. Jika perubahan normal tampak tertunda, masalahnya kemungkinan produksi yang tidak mencukupi atau ketidakaktifan pada progesterone.

    PENGOBATAN

    Obat untuk memicu ovulasi kemungkinan digunakan. Obat utama dipilih berdasarkan masalah yang spesifik. Jika ovulasi tidak terjadi dalam jangka waktu lama, clomiphene dengan medroxyprogesteron biasanya diberikan. Pertama, wanita tersebut menggunakan medroxyprogesteron, biasanya diminum, untuk memicu periode menstruasi. Kemudian dia minum clomiphene. Biasanya, dia berovulasi 5 sampai 10 hari setelah clomiphene dihentikan dan memiliki periode 14 sampai 16 hari setelah ovulasi. Clomiphene tidak efektif untuk semua penyebab pada masalah ovulasi. Hal ini lebih efektif ketika penyebabnya adalah polycystic ovary syndrome.

    Jika seorang wanita tidak memiliki periode setelah pengobatan dengan clomiphene, dia menggunakan tes kehamilan. Jika dia tidak hamil, siklus pengobatan diulang. Dosis tinggi pada clomiphene digunakan dalam setiap siklus sampai ovulasi terjadi atau dosis maksimum tercapai. Ketika dosis yang memicu ovulasi dipastikan, wanita tersebut menggunakan dosis tersebut untuk setidaknya 3 sampai 4 lebih siklus pengobatan. Kebanyakan wanita menjadi hamil melakukan dengan siklus keempat dimana ovulasi terjadi. Sekitar 75 sampai 80 % wanita diobati dengan clomiphene ovulate, tetapi hanya sekitar 40 sampai 50% menjadi hamil. Sekitar 5% pada kehamilan wanita diobati dengan clomiphene melnghasilkan lebih dari satu janin, terutama kembar dua.

    Efek samping pada clomiphene termasuk panas di wajah, perut kembung, payudara yang lembut, mual, penglihatan bermasalah, dan sakit kepala. Sekitar 5% wanita diobati dengan clomiphene mengalami ovarian hyperstimulation syndrome. Dalam sindrom ini, ovarium sangat membesar dan cairan dalam jumlah besar memindahkan aliran darah ke dalam perut. Sindrom imi kemungkinan mengancam nyawa. Untuk mencoba mencegah hal itu, dokter meresepkan dosis yang efektif sangat rendah pada clomiphene, dan jika ovarium melebar, mereka menghentikan obat tersebut.

    Jika seorang wanita tidak ovulasi atau menjadi hamil selama pengobatan dengan clomiphene, terapi hormon dengan gonadotropin manusia, disuntikkan ke dalam otot atau di bawah kulit, bisa dicoba. Human gonadotropin merangsang folikel pada ovarium untuk matang. Folikel adalah rongga berisi cairan, yang mana setiapnya mengandung telur. Pemeriksaan darah untuk mengukur kadar estrogen dan ultrasonografi bisa mendeteksi ketika folikel matang. Kemudian, wanita tersebut diberikan suntikan hormon yang berbeda, human chorionic gonadotropin, untuk memicu ovulasi. Ketika human gonadotropin digunakan secara tepat, lebih dari 95% wanita terobati pada ovulasi mereka, tetapi hanya 50 sampai 75% menjadi hamil. Sekitar 10 sampai 30% pada kehamilan wanita terobati dengan human gonadotropin meliputi lebih dari satu janin, terutama kembar dua.

    Human gonadotropin bisa memiliki efek samping yang kuat, sehingga dokter memantau terus wanita terus selama pengobatan. Sekitar 10 sampai 20 % wanita diobati dengan human gonadotropin mengalami ovarian hyperstimulation syndrome (yang bisa terjadi dengan clomiphene), jika rangsangan berlebihan terjadi (jika ovarium jelas melebar atau jika kadar estrogen meningkat terlalu banyak), dokter tidak memberikan wanita tersebut human chorionic gonadotropin untuk memicu ovulasi. Selin itu Human gonadotropin juga mahal.

    Jika hypothalamus tidak mengeluarkan hormon pelepasan-gonadotropin, versi sintetis pada hormon ini, disebut gonadorelin, kemungkinan sangat berguna sekali. Obat ini, seperti hormon alami, merangsang kelenjar pituitary untuk menghasilkan hormon yang memicu ovulasi. Resiko pada ovarian hyperstimulation rendah dengan pengobatan ini, sehingga pemantauan secara dekat tidak diperlukan.

    ketika penyebab kemandulam adalah hormon prolactin tingkat tinggi, obat yang paling baik adalah salah satu yang beraksi seperti dopamine, disebut dopamine agonis, seperti bromocriptine atau cabergoline (dopamine adalah pengantar kimia yang umumnya menghalangi produksi prolactin).


    Masalah Tuba Falopi
    DEFINISI

    Tuba falopi kemungkinan tidak normal pada struktur atau fungsi. Jika mereka tersumbat, sel telur tidak dapat bergerak dari ovarium menuju rahim. Penyebab masalah tuba falopi termasuk infeksi sebelumnya (seperti penyakit peradangan panggul), endometriosis, usus pecah, dan operasi pada panggul. Kehamilan tidak pada tempatnya (ectopic) di tuba falopi bisa juga menyebabkan kerusakan. Gangguan struktur bisa menyumbat tuba falopi. Gangguan ini termasuk cacat lahir pada rahim dan tuba falopi, fibroid dalam rahim, dan ikatan pada jaringan luka diantara struktur yang tidak berhubungan secara normal (adhesions) di dalam rahim atau panggul.



    DIAGNOSA

    Untuk memastikan apakah tuba falopi tersumbat, dokter bisa menggunakan hysterosalpingography. Pada prosedur ini, sinar X dilakukan setelah radiopaque dye disuntikkan melalui servik. Pewarna tersebut menyebar secara cepat ke dalam rongga rahim dan tuba falopi. Prosedur ini dilakukan dengan singkat setelah periode menstruasi seorang wanita berakhir. Prosedur ini bisa mendeteksi gangguan struktur yang bisa menyumbat tuba falopi. Meskipun begitu, sekitar 15% kasus, hysterosalpingography mengindikasi bahwa tuba falopi tersumbat padahal tidak- disebut hasil positif palsu. Setelah hysterosalpingography dengan hasil normal, kesuburan tampak sedikit meningkat, kemungkinan karena prosedur tersebut sementara waktu memperlebar pembuluh (dilate) atau menjernihkan pembuluh pada lendir. Oleh karena itu, dokter bisa menunggu jika seorang wanita menjadi hamil setelah prosedur ini sebelum tes tambahan pada fungsi tuba falopi dilakukan.

    Prosedur lain (disebut sonohysterography) kadangkala digunakan untuk memastikan apakah tuba falopi tersumbat. Cairan garam (saline) disuntikkan ke dalam interior rahim melalui servik selama ultrasonografi sehingga ruang dalam tersebut digelembungkan dan kelainan bisa terlihat. Jika cairan mengalir ke dalam tuba falopi, pembuluh tersebut tidak tersumbat. Prosedur ini cepat dan tidak memerlukan anestesi. Hal ini dipertimbangkan lebih aman dibandingkan hysterosalpingography karena hal ini tidak membutuhkan radiasi atau suntikan pewarna. Meskipun begitu, hal ini tidak akurat.

    Jika kelainan di dalam rahim terdeteksi, dokter meneliti rahim dengan pipa pelihat disebut hyteroscope, yang dimasukkan ke dalam servik ke dalam rahim. Jika adhesion, polip, atau fibroid kecil terdeteksi, hyteroscope kemungkinan digunakan untuk mengeluarkan atau mengangkat jaringan tidak normal, meningkatkan kesempatan bahwa wanita tersebut menjadi hamil.

    Jika bukti menduga bahwa tuba falopi tersumbat atau bahwa seorang wanita bisa mengalami endometriosis, pipa pelihat kecil disebut laparoscope dimasukkan ke rongga panggul melalui sayatan kecil persis di bawah pusar. Biasanya, anestesi umum dilakukan. Prosedur ini memudahkan dokter untuk melihat rahim secara langsung, tuba falopi, dan ovarium. Laparoscope bisa juga digunakan untuk mengeluarkan atau mengangkat jaringan tidak normal di dalam panggul.

    PENGOBATAN

    Pengobatan tergantung pada penyebab. Operasi bisa dilakukan untuk memperbaiki kerusakan tuba falopi dengan kehamilan ectopic atau infeksi. Meskipun begitu, setelah beberapa operasi, kesempatan kehamilan normal adalah kecil, dan kehamilan ectopic adalah besar. Konsekwensinya, operasi tidak sering dianjurkan. Bayi tabung dianjurkan untuk beberapa pasangan.